Austin Reaves Bicarakan Soal Kekalahannya Melawan Blazers. Malam yang seharusnya jadi pesta di Crypto.com Arena berubah jadi kekecewaan bagi Los Angeles Lakers pada 27 Oktober 2025, saat mereka kalah 122-108 dari Portland Trail Blazers. Di tengah absennya dua pilar utama, LeBron James dan Luka Doncic, Austin Reaves muncul sebagai pahlawan sementara dengan 41 poin—performa gemilang yang sayangnya tak cukup selamatkan tim. Pasca-laga, guard berusia 27 tahun ini bicara blak-blakan di konferensi pers, akui Lakers “main keras tapi kurang eksekusi”. “Kami beri segalanya, tapi detail kecil yang bikin beda,” katanya dengan nada campur antara bangga dan frustrasi. Di musim 2025/26 yang baru dimulai, kekalahan ini jadi yang kedua dari empat laga, tapi Reaves tak mau salahkan nasib—ia fokus ke pelajaran untuk bangkit. Bagi tim yang haus playoff setelah final 2020, ucapan Reaves ini seperti obat pahit: pengingat bahwa di Barat yang penuh raksasa, ketangguhan individu tak cukup tanpa tim yang solid. Dengan jeda singkat sebelum lawan Suns, kata-katanya jadi kompas untuk pelatih JJ Redick poles skuad. INFO CASINO
Performa Reaves: Beban Berat di Lini Serang: Austin Reaves Bicarakan Soal Kekalahannya Melawan Blazers
Austin Reaves tak diragukan lagi jadi nyala api Lakers malam itu. Dengan 41 poin dari 15 tembakan, termasuk 5 dari 7 tiga angka, ia pimpin serangan tanpa LeBron dan Luka—dua playmaker utama yang absen karena protokol load management dan cedera ringan. Reaves tak cuma cetak poin; ia juga bagi 7 assist dan 4 rebound, tunjukkan visi yang bikin Anthony Davis dapat 28 poin di paint. “Saya coba ambil peran lebih besar, tapi itu tak cukup sendirian,” katanya pasca-laga, akui betapa ia overload sebagai ball handler utama.
Ini bukan pertama kalinya Reaves angkat tim di bahu. Di musim lalu, ia rata-rata 15,9 poin, tapi musim ini naik jadi 22 poin per laga dari tiga start awal. Melawan Blazers, ia dominasi kuarter ketiga dengan 18 poin, bantu Lakers kejar dari 20 poin defisit jadi 8. Tapi turnover 6 miliknya—tertinggi musim ini—jadi titik lemah: dua dari situ lahir gol mudah Blazers di transisi. Reaves bilang: “Saya terlalu buru-buru kadang, karena takut defense lawan rapat.” Performa ini bukti ia outgrown peran cadangan; analis sebut ia siap kontrak besar musim panas nanti. Tapi di tengah absen bintang, Reaves tunjukkan Lakers butuh lebih dari satu pahlawan—ia harap rekan seperti D’Angelo Russell (18 poin) bisa bagi beban, supaya tak mandek seperti babak keempat di mana Blazers ledakkan 35 poin.
Analisis Kekalahan: Eksekusi yang Kurang Tajam: Austin Reaves Bicarakan Soal Kekalahannya Melawan Blazers
Reaves tak segan sebut eksekusi sebagai biang kerok utama. “Kami main keras, tapi tak eksekusi cukup bagus untuk menang,” katanya, soroti turnover 18 total tim yang bikin Blazers dapat 28 poin fast break—rekor buruk Lakers musim ini. Tanpa LeBron (rata-rata 8 assist) dan Luka (10 assist), serangan jadi statis: hanya 14 assist dibuat, turun dari 22 di kemenangan awal. Reaves akui, sebagai pengatur bola sementara, ia kesulitan ciptakan ruang saat Blazers pakai zona defense di kuarter akhir.
Ini pola yang terulang: di kekalahan pembuka musim lalu kontra Warriors, turnover serupa bikin collapse. Melawan Blazers, Anfernee Simons (28 poin) dan Jerami Grant (24 poin) manfaatkan celah, cetak dari pick-and-roll yang Lakers gagal blok. Reaves bilang: “Defense kami oke di half-court, tapi transisi lambat karena kami kehilangan bola terlalu sering.” Statistik dukung: Lakers kalah rebound 48-42, dan kebobolan 122 poin pertama kali musim ini. Reaves puji usaha tim—”kami tak menyerah, chase skor sampe akhir”—tapi tekankan detail: passing lebih tajam dan switch defense lebih cepat. Pelatih Redick setuju, bilang kekalahan ini “pelajaran berharga” untuk rotasi lebih fleksibel, di mana Reaves tak harus pegang bola 70 persen waktu.
Harapan ke Depan: Rotasi Pintar dan Kedalaman Skuad
Reaves tak mau berhenti di keluhan; ia bagi harapan konkret untuk bangkit. “Dengan LeBron dan Luka kembali, kami harus siap bagi peran. Saya tak mau jadi satu-satunya handler,” katanya, soroti pentingnya Dalton Knecht dan Max Christie naik level. Di latihan Rabu, fokus drill untuk kurangi turnover—Reaves sendiri rencanakan poles handling dengan spesialis seperti yang ia lakukan offseason. Ia juga puji chemistry dengan Davis: “AD beri energi di paint, dan itu bantu saya tembak bebas.”
Bagi Reaves, kekalahan ini jadi motivasi jangka panjang. Musim lalu, ia belajar dari gagal untuk capai playoff, dan kini ia lihat peluang serupa. “Kami tim muda yang lapar; kekalahan seperti ini bikin kami lebih kuat,” ujarnya. Dengan jadwal padat—lima laga dalam 10 hari—ia harap rotasi Redick beri istirahat, supaya tak collapse babak kedua seperti melawan Blazers. Reaves juga sentil mental: “Kami harus percaya proses, seperti musim lalu saat chase gelar.” Analis prediksi, jika eksekusi naik 10 persen, Lakers bisa saingi top empat Barat. Reaves, yang kontraknya habis 2026, tunjukkan ia siap lead—mungkin jadi wajah baru era pasca-LeBron.
Kesimpulan
Ucapan Austin Reaves soal kekalahan Lakers dari Blazers adalah campuran kekecewaan dan optimisme yang pas untuk tim di persimpangan musim. Dengan 41 poin heroiknya di tengah absen bintang, ia bukti ketangguhan, tapi juga soroti eksekusi kurang sebagai kunci perbaikan. Dari turnover berlebih hingga rotasi pintar yang dijanjikan, kata-katanya jadi panduan Redick poles skuad. Di Barat yang tak kenal ampun, kekalahan 122-108 ini bisa jadi titik balik—bukan akhir mimpi, tapi awal adaptasi. Reaves, sebagai guard yang tumbuh cepat, siap ambil peran lebih besar, dan Lakers punya bahan untuk bangkit. Pekan depan kontra Suns, sorak fans di Crypto.com Arena akan lebih lantang jika pelajaran ini diamalkan—karena di NBA, kemenangan lahir dari detail, dan Reaves sudah tunjukkan jalan.